Sumber Kencono

Bagi anda-anda yang rumahnya dekat dengan jalur utama Surabaya–Madiun-Solo-Jogja pasti sudah tak asing lagi dengan nama ini. Yap betul, Sumber Kencono adalah nama sebuah bus Gede yang melayani rute Surabaya-Jogja.

Tak ada yang aneh sebenarnya dengan nama bus ini, lantaran saya juga gak diajak rembugan waktu ngasih nama bus 🙂 . Namun demikian, sepertinya nama bus ini mengandung bakat terpendam, seperti apakah bakatnya? Mari kita simak cerita tidak jelas berikut ini.

Rute

Awalnya, jelas bus ini melayani rute atau trayek Surabaya sampai Jogja seperti yang sudah diceritakan di atas. Namun demikian, ternyata di kemudian hari, bus ini juga melayani jalur Surabaya-Solo-Sukoharjo–Wonogiri yang rasanya tak terlalu laku. Hal ini dikarenakan pemain jamur jalur Wonogiri-Solo merupakan pemain lama yang sudah handal (buktinya gak bangkrut-bangkrut 🙂 ). Alhasil, setahu saya, trayek ini kemudian tutup.

Pada awal saya masih kuliah di IPB, sekali waktu saya juga pernah melihat trayek bus ini yang melalui jalur Surabaya-Madiun-Solo-Semarang. Jadi kalo sampai Kartosuro harusnya dia belok kiri (kalo mau ke jogja), bus ini ada yang tetap mbablas lurus menuju ke Boyolali-Salatiga-Ungaran-Semarang. Tak jelas apakah trayek ini masih ada atau tidak, namun saya yakin kalo bus ini tidak mungkin nyasar sampai ke Kendal 😀 .

Saingannya

Pesaing utama dari bus ini sebenarnya ada banyak, antara lain bus-bus Gede juga yang melayani rute Surabaya-Jogja dan juga bus-bus yang melayani rute Sragen-Solo dan Sol-Jogja. Untuk pesaing bisnis yang jarak jauh (Surabaya-Jogja), beberapa merek yang dapat disebutkan yaitu Mira, Eka, Akas (ketiganya trayek Surabaya-Jogja); lalu ada juga Dahlia Indah, Maju, Restu dan … lupa … (trayek Malang-Surabaya-Jogja-Purwokerto). Namun demikian, dari pantauan saya dan pengalaman pribadi, konsumen cenderung memilih bus yang mempunyai trayek Surabaya-Jogja dibandingkan bus Malang-Purwokerto. Entah mengapa, namun yang saya rasakan adalah bahwa busnya jelas lebih baik, gak berisik (suara klaksonnya gak masuk ke dalam bus) serta lebih cepat nyampai. Ibu saya sendiri memberi testimonial bahwa bus Maju yang ditumpanginya seringkali tak maju-maju, karena busnya sering ngetem dan atau kalah cepat dibanding bus macam AKAS dan Sumber Kencono. Para gadis dan jejaka mahasiswa yang kuliah di Solo-Jogja pun kadang lebih suka menunggu lama di terminal, hanya dalam rangka menunggu bus-bus ini.

Untuk pesaing dari bus-bus gurem Sragen-Solo dan Solo-Jogja, ujung-ujungnya menuai keributan dan demo dari awak bus lokal tersebut (AKDP=Antar Kota Dalam Propinsi). Hingga, pas saya kelas 3 SMA, ada semacam MoU yang disepakati antara mereka yang bertikai dalam masalah ini di sebuah tempat yang dinamakan dengan Loji Gandrung. Sekedar info, loji gandrung ini merupakan rumah dinas walikota Solo, letaknya di samping stadion Sriwedari.

Inti Cerita

Entah mengapa, kata sumber kencono ini menjadi sebuah idiom yang sering saya dengar selama weekend minggu ini dan weekend minggu kemarin (lalu) 🙂 . Hal ini tak lain dan tak bukan dikarenakan adanya mbak ini. Semoga ada orang lain yang bisa bercerita lebih baik tentang bus ini.

Cihuyyyyy!!!! *kembali kerja*

========

Update 2 Juni 2007

Tulisan ini nangkring di urutan pertama di Google dengan keyword Sumber Kencono? 😉