Mencari Bekatul

Sampeyan sekalian tentu tahu bahwa suatu benda terdiri berbagai unsur penyusunnya. Misalnya mie bakso yang terdiri dari mie, bakso, air kaldu, saos, kecap, sambel dan lain-lain. Begitu pula dengan media untuk menanam jamur (Jamur tiram tentunya yang dimaksud sekarang ini).
Petani jamur dimanapun berada (juga buku-buku panduan cara menanam jamur) punya berbagai resep (komposisi) untuk membuat sebuah baglog jamur. Nah, salah satu unsur yang biasanya ikut berpartisisapi menyusun sebuah baglog adalah bekatul (alias dedak padi) yang menjadi judul cerita kali ini.
Hmm, sebenarnya mencari bekatul bukanlah hal yang sulit, asalkan kita tahu tempat mencari (baca: membeli) ?nya. Nah, yang jadi masalah adalah meskipun wilayah kampus IPB Darmaga adalah wilayah Bogor ndeso yang masih banyak sawah dan ladangnya (bahkan kost-an saya juga mepet dengan sawah), namun mencari bekatul agak-agak susah juga.
Saya harus mendaki gunung lewati lembah (kayak ninja Hattori, tapi naik motor 😉 ) ke arah Ciampea untuk mendapatkan sesuap nasi satu kresek bekatul di sebuah huler (penggilingan alias slepan). Saya jadi teringat, kira-kira sebulan yang lalu, tatkala saya ke huler tersebut dan juga beberapa huler lainnya (hampir sekitar 10 huler saya datangi) saya tak mendapatkan bekatul yang saya cari sehingga saya terpaksa harus pergi ke pabrik di daerah Dadap Tangerang (di mana saya mburuh di sana) untuk mengambil ngembat stok bekatul yang ada. Mungkinkah adanya bekatul (yang ditandai dengan beroperasinya huler yang saya datangi tadi pagi) pertanda peningkatan ekonomi rakyat (karena sudah panen).
Wallahu a?lam, di samping karena saya tidak tahu dan huler yang saya datangi tadi pagi cuma 1, hari ini Pak Presiden akan pidato tentang RUU APBN 2008. Anda bisa menontonnya di Metro TV sekarang.

19 thoughts on “Mencari Bekatul

Leave a reply to fR3dDy Cancel reply