Mengenang Prof. Andi Hakim Nasoetion (1932-2002)

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Trilogi/Guru Besar Statistika FMIPA IPB

Professor Andi Hakim Nasoetion yang di IPB sering disebut Pak Andi adalah Guru Besar Statistika dan Genetika Kuantitatif IPB. Tanggal 30 Maret sebagai tanggal lahirnya sering dijadikan hari syukuran dan silaturahmi para dosen statistika ketika Pak Andi masih hidup. Tahun 1997 saya mendapat tugas menjadi Ketua Silaturahmi dalam rangka 65 tahun Pak Andi. Pada saat itu Beliau membagikan T-shirt warna putih yang bertuliskan “carilah kebenaran, bukan ketenaran, maka bertemulah keduanya”.

Tahun 1960 Pak Andi adalah salah seorang dosen IPB yang dikirim oleh Prof. Thojib Hadiwidjaja (Dekan Fakultas Pertanian UI 1954-1962) melalui Kentucky Project dalam rangka memperkuat ilmu-ilmu dasar pertanian di Indonesia. Prof. Thojib melihat kekuatan kuantitatif Pak Andi, maka mengirim ke Universitas Kentucky untuk program S3 matematika. Akan tetapi Pak Andi merasa akan lebih bermanfaat mengambil statistika terapan untuk pemuliaan tanaman. Karena bidang itulah yang akan diperlukan IPB sebagai universitas pertanian satu-satunya di Indonesia. Adapun matematika, menurut anggapannya, bisa diisi oleh dosen dari ITB yang saat itu sudah sangat kuat dalam bidang matematika. Pada dekade 60, memang mata kuliah matematika di IPB diberikan oleh Drs. Rawuh, dosen ITB yang terkenal dengan buku-buku aljabar pada dekade 60 dan 70. Demikianlah kisah Pak Andi yang dituangkannya dalam buku berjudul “Here I came. Reaching for the best” ( Nasoetion, 1988).

Di Amerika Pak Andi memilih NCSU (North Carolina State University) yang kuat dalam bidang statistika, pemuliaan tanaman, dan genetika kuantitatif. Di sana saat itu ada Prof. Getrude Cox, tokoh perempuan statistika yang menjadi bagian Triangle Research Center di North Carolina. Ada Prof. Steel dan Prof. Torrie yang legendaris dengan buku Experimental Design and Statistical Analysis (buku wajib mahasiswa Pascasarjana IPB thn 75-90an). Juga ada mahasiswa jenius, James Goodnight, yang setelah PhD membangun perusahaan rintisan (startup company) dalam bidang statistika, bernama SAS yang saat ini sudah menjadi perusahaan analitik terbesar di dunia.

Pak Andi dibimbing oleh Prof. Cockerham, guru besar statistika dan genetika kuantitatif yang sangat kondang pada dekade 60-90. Beliau sangat dikagumi para ilmuwan, terutama statistika dan genetika kuantitatif. Pada tahun 1987, para ahli bidang tersebut mengadakan konferensi khusus dalam rangka 70 tahun Prof. Cockerham. Para mahasiswa genetika kuantitatif di kampus-kampus Amerika dan Kanada, wajib membaca buku tersebut untuk mengetahui sejarah dan trend bidang genetika kuantitatif dan statistika. Saya membeli buku tersebut karena dua alasan. Pertama untuk pegangan mata kuliah Quantitative Genetics in Animal Breeding, dan kedua untuk mengetahui lebih jauh Guru dari Guru saya. Pak Andi adalah Guru yang membimbing skripsi S1 saya di Departemen Statistika dan Komputasi Fakultas Pertanian IPB (1976-1980).

Pak Andi boleh dikatakan sebagai peletak pendidikan statistika di IPB bahkan di Indonesia. Sepulang dari tugas belajar, Pak Andi adalah satu-satunya ahli statistika di IPB. Pada pertengahan tahun 60, tidak banyak yang mengenal perancangan percobaan dan analisis statistika. Sehingga saat itu para peneliti tidak peduli dengan kesalahan pengukuran, galat (error), ulangan (replication), apalagi pemodelan dan analisis. Percobaan dilakukan tanpa basis statistika yang kokoh.

Penarikan kesimpulan untuk membedakan pengaruh perlakuan sering dilakukan hanya dengan dua contoh untuk dua perlakuan. Begitu berbeda, lalu ditarik kesimpulan bahwa perlakuan ini lebih baik dari itu. Mereka tidak bisa menjawab ketika Pak Andi menanyakan bagaimana kalau salah ukur. Jangankan membahas faktor-faktor lainnya yang bisa jadi mempengaruhi percobaan. Pemodelan statistika saat itu masih belum dikenal. Untuk itu, Pak Andi lalu membuka ruang konsultasi statistika (saat itu diberi nama Unit Biometrika) bagi para dosen dan mahasiswa tingkat akhir. Sejak saat itulah mulai para dosen dan mahasiswa sadar betapa pentingnya statistika.

Lalu pada tahun 1972, Unit Biometrika diperbesar menjadi Departemen Statistika dan Komputasi Fakultas Pertanian IPB. Departemen inilah yang menjalankan program studi statistika S1 lalu tahun 1975 dibuka S2 Statistika Terapan. Pada dekade 70, di Indonesia hanya ada dua prodi S1 statistika, yakni IPB dan UNPAD dan satu Akademi (setara D3) di bawah BPS Jakarta. Saat ini program studi S1 di Indonesia sudah menyebar di Nusantara sebanyak 28 program. Bahkan di IPB, ITB dan ITS sudah menjalankan pendidikan doktor statistika. Hal ini tidak terlepas dari peranan Pak Andi, sehingga pada tahun 2014 ISI (Ikatan Perstatistikaan Indonesia) dan BPS memberikan penghargaan dengan memberi gelar “Bapak Statistika Indonesia”.

Selain memberikan konsultasi gratis, Pak Andi sejak pulang dari tugas belajar rajin menulis buku yang berkaitan dengan matematika dan statistika. Diantaranya adalah Matematika Mutakhir (1968) yang akhirnya diterbitkan Penerbit Bharata dengan judul Landasan Matematika (1973, 1976), Statistika Pertanian (1970), Aljabar Matriks (1973), Teori Statistika (1971), Statistika untuk Penarikan Kesimpulan (1974), Pengantar Ilmu-ilmu Pertanian (1983), Pengantar ke Filsafat Sains (1986), Here I Came: Reaching for the best (1988), Al-Qur’an dan Lingkungan Hidup (2000), serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pertanian dan pangan.

Disamping menulis buku, Pak Andi rajin menulis di berbagai media cetak (waktu itu belum ada internet, medsos, FB, dll) dalam berbagai pemikiran pendidikan, agama, sosial, filsafat, pertanian, serta tentunya statistika/matematika. Kumpulan tulisan itu dirangkum dalam buku Daun-daun Berserakan (editor: Damanhuri, 1985, dicetak ulang tahun 2011) dan Pola Induksi Seorang Eksperimentalis (editor: Saefuddin, 2002, dicetak ulang tahun 2016).

Dekade 70 di kalangan guru SD, SMP dan SMA, Pak Andi dikenal sebagai salah seorang penggagas matematika “modern” atau “matematika baru” yang isinya adalah teori himpunan. Akhir tahun 70, matematika modern/baru menggantikan mata ajaran berhitung dan aljabar. Seperti biasa, konsep-konsep baru membuat orang-orang yang mapan merasa terganggu. Akan tetapi, akhirnya mereka bisa menerima karena matematika itu menjadi landasan bagi perkembangan ilmu dan teknologi, seperti komputer yang saat ini sudah menjadi barang biasa. Sewaktu saya diterima IPB, guru matematika dan fisika memperlihatkan buku Teori Himpunan Depdikbud terbitan 1975. Buku itu ditulis oleh para ahli matematika Indonesia dimana Pak Andi sebagai Ketua Tim. Kedua Guru itu mengatakan “kamu nanti akan ketemu Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion”.

Bagi kalangan Perguruan Tinggi, Pak Andi dikenal sebagai penggagas pendidikan sarjana S1 empat tahun (1972), penerimaan mahasiswa berbasis rapor SMA dan informasi prestasi lainnya (1975), program pascasarjana S2 (1975), serta pendidikan doktor tersistem (1979). Saat ini semua program itu sudah menjadi rutin di PT Indonesia. Hampir semua gagasannya itu diluncurkan pada bulan Maret. Sehingga sejak tahun 2004, di IPB bulan Maret disebut sebagai Bulan Inovasi, the innovation month. Pada tahun itulah IPB mendapat hibah dari Yayasan Inovasi USA, The Lemmelson Foundation. Mr. Lemmelson adalah inovator produktif di Amerika yang menerima banyak royalti dari penemuannya. Sebagian dari pendapatannya diberikan kepada institusi yang memiliki banyak inovasi di berbagai negara, termasuk India, Indonesia, dan negara-negara Amerika Latin. Di IPB hibah itu menjadi titik awal berdirinya Pusat LRAMP ( Lemmelson Recognition and Mentoring Program) yang diarahkan bagi para grassroot innovator (mahasiswa dan masyarakat).

Dalam manajemen pendidikan tinggi, pengalaman Pak Andi sangat kaya. Sebelum ke Amerika Pak Andi adalah Sekretaris Akademik Akademi Pertanian Ciawi Bogor (1957-1959). Sepulang dari tugas belajar Beliau memegang beberapa jabatan struktural antara lain 1. Ketua Unit Biometrika (1966-1972), 2. Dekan Fakultas Pertanian IPB (1968-1970), 3. Ketua Departemen Statistika dan Komputasi Fak Pertanian IPB (1972-1978), 4. Direktur Pendidikan Sarjana IPB (1970-1978), 4. Dekan Sekolah Pascarjana IPB (1975-1978), 5. Rektor IPB (1978-1986), 6. Dekan FMIPA IPB (1990-1994), 7. Rektor STT TELKOM Bandung (1997-2001).

Pada saat yang sama di tahun-tahun itu Pak Andi adalah Ketua Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI-Depdikbud (1975-2002) dan Ketua Tim Olimpiade Matematika Indonesia (1992-2002). Banyak para pemenang LKIR dan Olimpiade Matematika itu yang diundang menjadi mahasiswa IPB tanpa harus mengikuti ujian saringan masuk. Saat ini diantara mereka sudah menjadi guru besar dan peneliti di berbagai negara, serta pegawai pemerintah (PNS), entrepreneur dan guru SMA/K di Tanah Air.

Warga Bogor yang tergabung dalam kelompok kekeluargaan Bobat (Bogor Sahabats) sangat mengagumi sosok Pak Andi sebagai tokoh pendidikan nasional. Pada tahun 2015 Bobats meminta Bima Arya sebagai Wali Kota Bogor untuk memberikan penghormatan kepada Pak Andi. Bobats menyarankan penghormatan itu dalam bentuk penamaan salah satu jalan di Kota Bogor. Permohonan itu disambut gembira oleh Bima Arya, disaksikan oleh beberapa anggota DPRD Kota Bogor. Warga Bobat tentu sangat senang atas sambutan hangat Wali Kota Bogor tersebut. Entah apa sebabnya gagasan penamaan Jalan Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion itu belum terwujud sampai sekarang. Saya sebagai Warga Kota Bogor dan tergabung dalam Bobats mengingatkan Bima Arya untuk merealisasikan janji dua tahun yang lalu itu. Semoga semua ini segera terwujud dan menjadi kebanggaan warga Kota Bogor. Aamiin.

Leave a comment